Kita memerlukan fungsi otak yang optimal untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Mulai dari aktivitas sederhana seperti berbicara, hingga aktivitas kompleks seperti melukis, semua memerlukan kinerja dari sel-sel saraf yang saling berkomunikasi satu sama lain di dalam otak. Proses belajar, mengingat, menghafal, berpikir, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah secara kolektif dikategorikan sebagai ke dalam fungsi kognitif. Secara alamiah, fungsi kognitif berkembang pesat dalam 1000 hari pertama kehidupan kita, berlanjut hingga usia dewasa, bertahan melewati masa reproduksi, dan akhirnya mulai menurun saat kita menginjak usia lanjut, yaitu diatas usia 60 tahun.
BACA JUGA Bupati Mojokerto Kunjungi PT LNK, Ajak Kolaborasi Bangun Daerah
Fenomena penurunan fungsi kognitif ini merupakan bagian dari proses penuaan alamiah dan mengakibatkan pikun, susah berkonsentrasi, kehilangan fokus pemikiran saat berbicara, kesulitan dalam mengambil keputusan dengan cepat, dan lain sebagainya. Mereka yang mengalami kemunduran fungsi kognitif ringan berisiko untuk mengalami kondisi demensia, yaitu suatu penurunan fungsi kognitif parah yang dapat sangat menganggu kualitas hidup penderitanya.
Gejala-gejala akibat proses penuaan di atas sebenarnya tidak hanya dirasakan oleh mereka yang sudah berusia lanjut, tapi sudah mulai muncul meskipun jarang dan dengan tingkat ringan di usia yang lebih muda. Selain penuaan, beberapa hal yang teridentifikasi dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif diantaranya adalah stres psikis berlebihan, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan kurang aktivitas fisik. Selain itu, pola makan atau diet juga diketahui sebagai salah satu faktor penting dalam mempengaruhi performa kognitif.
Konsumsi lemak trans dan gula berlebihan disertai dengan kekurangan asupan vitamin B-12, vitamin E, asam folat, dan omega-3 dapat mempercepat penurunan fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif dapat dicegah, diperlambat, atau bahkan diperbaiki melalui pendekatan diet yang sesuai. Beberapa metode diet yang dapat diterapkan adalah Diet Mediterania, Diet Restriksi Kalori, atau Diet DASH. Disamping metode diet, suplementasi bahan aktif tertentu terbukti dapat memperbaiki fungsi kognitif, contohnya lemak rantai sedang atau medium-chain triglycerides (MCT) yang terdapat pada minyak MCT.
BACA JUGA Eropa Timur Beli Bahan Baku Makanan Sehat dari Indonesia
Minyak MCT biasanya didapat dari minyak kelapa atau minyak inti sawit melalui proses yang disebut fraksinasi (proses pemisahan MCT dari minyak asli dan memekatkannya). MCT mengandung komponen asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 8-12 unit. Komponen tersebut lebih kecil daripada jenis lemak pada minyak goreng yang biasa kita konsumsi dan lemak hewan yang berjenis lemak rantai panjang dengan panjang karbin 14 unit atau lebih. Itu artinya, MCT lebih mudah dicerna dan dimetabolisme tubuh untuk segera digunakan sebagai energi bagi sistem saraf.
Studi yang dilakukan oleh Ashton, dkk pada tahun 2020 di Inggris terhadap 30 orang dewasa muda selama 1 bulan menyebutkan bahwa konsumsi MCT 12 gram per hari dapat memperbaiki fungsi kognitif mereka. MCT dapat dengan mudah dipecah menjadi keton di dalam liver. Keton adalah sumber energi alternatif bagi sel-sel saraf yang jauh lebih sedikit menghasilkan radikal bebas dibandingkan dengan karbohidrat atau glukosa, sehingga dapat menurunkan risiko kerusakan pada organ sel saraf akibat stres oksidatif.
BACA JUGA Rintek 2021: Kementrian Perindustrian Apresiasi Inovasi Buatan PT Lautan Natural Krimerindo
Selain berfungsi menyuplai sel saraf dengan keton, MCT sendiri dapat dipecah menjadi asam lemak rantai sedang atau medium-chain fatty acid (MCFA). MCFA dengan panjang rantai karbon C8, disebut asam kaprilat, dan C10, disebut dengan asam kaprat, adalah jenis MCFA dengan aktivitas paling baik dalam hal meningkatkan fungsi kognitif. Asam lemak tersebut dapat memperbaiki metabolisme energi dalam sel saraf dengan cara meningkatkan jumlah mitokondria, yaitu organ seluler yang bertugas mengolah energi. Semakin banyak jumlah mitokondria, semakin baik kemampuan sel untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk melakukan fungsinya.